PURBALINGGA INFO, Pengambilan Air di 7 Mata Air merupakan rangkaian Grebeg Onje dihari kedua. Pengambilan air ini dilakukan oleh 7 pasang laki-laki dan perempuan dengan menggunakan kendi yang dilakukan di 7 mata air yang ada di Desa Onje, Kamis (2/3).

Sebelum dilakukan pengambilan dilakukan do’a oleh masing-masing ketua rombongan. Pengambilan air juga diiringi dengan musik sholawatan. Dengan berjalan kaki ke tujuh rombongan bertemu di Halaman Masjid R. Sayyid Kuning untuk berjalan ke Balai Desa Onje untuk dilakukan prosesi saserahan air suci dari pembawa kendi ke Bupati.

Setelah prosesi saserahan air diarak menuju alun-alun Onje yang mana air suci dari 7 mata air akan di satukan kedalam kendi besar. Setalah prosesi penyatuan 7 air suci, kemudian diberikan do’a oleh sesepuh Onje, yang nantinya diambil oleh masyarakat. Setelah proses pengambilan air oleh masyarakat kemudian dilakukan grebeg gunungan hasil pertanian.

Budayawan Purbalingga yang juga koordinator prosesi pengambilan air, Teguh Purwanto mengatakan Grebeg Onje merupakan sebuah peninggalan kebudayaan yang adilihung. Sebagai warga Purbalngga jangan meninggalkan sejarah. Ibarat sebuah pohon, pohon tidak akan meninggalkan akar dan batangnya, akar merupakan sejarah masa lalu, sedangkan batang adalah masa sekarang.

Pengambilan 7 mata air mempunyai nilai-nilai filosofi yang tinggi, di Onje memiliki banyak belik namun hanya 7 mata air yang digunakan untuk kegiatan Grebeg Onje. Secara mitologi ke 7 mata ir tersebut memiliki sejarahnya masing-masing. Seperti Belik Sidomas dulu tempat untuk mandi ratu juga untuk mandi isteri-isteri bupati.

Kemudian Belik Daor, belik ini merupakan belik tertua, yakni awal mulanya ada beradaban di Onje. Belik Sendang Pancur mempunyai sejarah saat masa R. Sayyid Kuning ada seorang tamu yang datang ke Onje, sudah menikan 7 tahun belum diokarunia anak. Kemudian oleh R Sayyid Kuning dimandikan di sendang tersebut dan Alhamdulillah 7 bulan berikutnya sudah dikarunia anak.

Selanjutnya Belik Pancur, dimana belik ini mata airnya terhubung dengan bukit Jati Gagas, dimana belik ini gunakan oleh para prajurit setelah menempuh ujian kedigdayaan lalu dimandikan di belik tersebut. Belilk Muli dulu digunakan mandi para sedniman, seperti seniman lengger dan kuda lumping, sebelum pementasan di kadipaten mereka mandi dulu disana.

Belik Naga Sari digunakan dulu oleh para resi atau kiyai, sebelum mereka beribadah mereka mandi disana. Belik gondok mempunyai sejarah, ketika Ki Tepus Rumput setelah menjalankan puasa 7 hari 7 malam, kemudian beliau menginjakan kaki ke tanah 3 kali maka munculah belik gondok.

“ Selain memiliki nilai sejarah belik yang ada di Onje mempunyai manfaat bagi masyarakat Onje, yakni untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan mandi,” katanya.

Hadir pada kegiatan itu juga Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi beserta suami, Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum, Kepala organisasi perangkat daerah, Camat Mrebet dan Forkompimcam serta para kepala desa se Kecamatan Mrebet. (PI-2)